Salah satu karakteristik manusia itu adalah cenderung pada kebaikan namun cenderung pula pada keburukan. Oleh karena itu rasululloh saw mengatakan dalam hadist yang diriwayatkan Ibnu Islam bahwa �keimanan itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Maka perbaharuilah Iman kalian dengan laa ilaaha illallah�.
Agar dapat mengatasi saat iman terjadi penurunan, maka kita perlu mengetahui tanda-tandanya kapan saat iman itu turun. Fenomena atau gambaran melemahnya iman itu adalah sebagai berikut:
1. Terjerumus dalam kemaksiatan
Perbuatan yang sering dilakukan itu lambat laun akan membentuk sebuah 'kebiasaan' . Bila perbuatan yang sering dilakukan itu adalah sebuah aktifitas yang sarat akan manfaat dan berefek positif terhadap jiwa dan gaya hidup seseorang..duuh! betapa indahnyaa.
Ada sebuah harapan yang pernah keluar dalam lisan ini dan ternyata terrekam kuat dibenak sahabat saya di Bandung, "inget dulu... ente pengen kalo akhlak mulia tuh nempel sejak masa kanak-kanak seseorang, dan menjadi sebuah kebiasaan yang tak dapat lepas lagi hingga orang tersebut jadi dewasa", begitu kata kawan saya mengenang obrolan yang sudah berlalu antara kami. Kalimat ini muncul ketika saya mengabarkan bahwa anak saya yang paling besar bisa melalui kehidupannya di pesantren tahfidz Qur'an, Pameungpeuk Bdg dan dengan akhlak yang amat menyejukkan hati pula.. bila seorang anak dikondisikan dan dibiasakan agar berakhlak karimah sejak kecil, lalu kemudian melekat menjadi kebiasaan yang tak bisa lepas dari hidup dan geraknya hingga dewasa! maka jadilah dia sosok seperti Muhammad yang berakhlak mulia! menyejukkan... Subhanallah deh! bila baca Qur'an jadi kebiasaan yang melekat sejak kecil dan terbawa sampai dewasa.. hingga kebiasaan baca qur'an tak lepas lagi dari hari-hari seseorang sepadat apapun urusannya.. Namun... Innalillahi wa ina ilaihi rojiuun...musibah deh! Kalo kemaksiatan malah jadi kebiasaan yang melekat hingga melakukannyapun sudah jadi terang-terangan...! naudzubillah mindzalik... Terjerumus ini namanya..
Sambil berjuang untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu, sambil dibarengi memohon pada yang maha melindungi agar senantiasa menjaga fitrah-fitrah ini selalu dalam kebaikan. Karena tiada daya upaya dari seorang manusia itu, kecuali hanya kuasaNya saja
karena bila telah jadi kebiasaan, maka melakukannya pun sudah terbisa tanpa ada rasa bersalah... :( masyaAllah
Fitrah manusia adalah taat pada Rabbnya, sedangkan kemaksiatan adalah perbuatan yang mencerminkan ketidak-taatan, sehingga bila terjerumus pada kemaksiatan (baca:kemaksiatan jadi kebiasaan) fitrah ternoda..fitrah akan merana dan akhirnya keimanan melemah... Kalau dibiarkan melemah maka iman akan sekarat...
Saran Qur'an : Jangan terbetik untuk mengulangi dan selalu berusaha meninggalkan kemaksiatan, lalu Bersegeralah pada ampunan Allah yang luasnya seluas langit dan bumi dan pada surga yang disediakan untuk orang yang bertaqwa (yaitu orang2 yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya) (Qs.3:133)
Jadikanlah kebaikan sebagai perbuatan yang selalu akan diulangi apalagi bila jadi kebiasaan yang melekat lebih baik lagi...
karena Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs.13:11)
maka bila seseorang mengambil pilihan membiasakan kebaikan adalah untuk kebaikan dirinya, dan bila sebaliknya maka keburukan yang jadi biasa itu untuk dirinya pula. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benang-benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali. (Qs.16:92)" Maksudnya adalah kebiasaan baik yang dulu dilakukannya, kini tidak dilakukan lagi dikatakan dengan istilah 'dicerai-beraikan kembali'
misalnya, dulu itu seseorang selaluu melaksanakan dhuha setiap hari walau dua rakaat...., namun karena berlalunya waktu.. kebiasaan itu tinggal kenangan.
dan banyak lagi kebiasaan baik yang dulu sering dilakukan sekarang tidak lagi
Allah SWT mengingatkan kita kembali dalam ayat sucinya, surat ke 91,asy-syams: Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa itu(9) dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya(10) dan bukan golongan yang selalu mengotori ruhi ini, amiin.
Dalam keadaan fitrah yang terjaga, maka imanpun akan menguat..., karena demikianlah fitrah manusia cenderung pada Rabbnya...
2. Tidak tekun dan bermalas-malasan dalam beribadah
ketidak tekunan dalam beribadah tergambar pada tingkat kekhusuan kita terhadap ibadah2 yang kita lakukan, termasuk rutinitas yang tak tentu, kadang hari ini rajiinn.... kemudian besoknya berkurang, baik kualitas maupun kuantitasnnya . bagaikan ibadah-ibadah itu dilakukan dengan mau-mau engga - engga.
yang sangat memprihatinkan adalah ketika ibadah-ibadah itu bagaikan tanpa ruh(4:142)
Allah mengatakan bahwa mereka sedikit sekali menyebut Allah
padahal dalam sebuah hadist dikatakan "tidak akan diterima do'a dari hati-hati yang lalai dan main-main(HR Tirmidzi)"
bila kemalasan beribadah ini tidak segera disudahi dan diubah menjadi rajin dan tekun, tentu saja keimanan seseorang tersebut tidak akan terselamatkan kecuali atas pertolongan ALlah saja"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs.13:11) "karena kemalasan terus menerus akan menjadi kebiasaan yang kebiasaan itu akan mengikat tentu saja pertolongan Allah itu sesuai dengan usaha hambanya, bila kau menghampiriku dengan berjalan, maka Aku menghampirimu dengan berlari.
3. Memudarnya tali ukhuwah
berkurangnya atau terputusnya interaksi dengan saudara muslim itu sangat mempengaruhi keimanan seseorang "bila orang-orang mukmin itu laksana satu tubuh(HR.muslim)
sehingga terlepasnya ukhuwah lambat laun mengurangi sentuhan hati terhadap keimanan kepada Allah SWT..
Fenomena melemahnya iman tampak pula pada
4. Terpautnya seseorang akan urusan diniawi dan terlalu mencintainya.
Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu(hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat. (qs.75:20-21)
Apa yang dimaksud dengan dunia?
Firman-Nya, "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, ... Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS Al Hadiid [57]: 20)
Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah
Misalnya, shalat, shaum atau sedekah tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah
Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi, maka ia tak dikatakan lalai terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi.
Artinya segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hal itu bukanlah urusan dunia. Bagaimana ciri orang yang cinta dunia?
Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya.
Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.
Adanya yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada.
Makin cinta pada dunia, akan makin serakah, bahkan bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya. Ciri lainnya adalah takut kehilangan.
Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Karenanya pecinta dunia itu tak pernah bahagia.
Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, menua, dan akhirnya mati.
Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, maka tak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki, bahkan akan selalu siap titipannya diambil oleh pemiliknya karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tak ada artinya. Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tak ada artinya jika tak digunakan di jalan Allah. Yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Karenanya jangan pernah ada atau tiadanya dunia ini meracuni hati kita. Adanya jangan sombong, sedikitnya tak usah minder.
Kita harus meyakini bahwa siapapun yang tak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya karena sumber dari segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia.
Dunia mampu menjadi hijab antara manusia dengan Tuhannya manakala ma�nawiah tidak terbina, artinya tidak diimbangi dengan ibadah yang baik (baik kualitas maupun kuantitas), sehingga kecenderungan akan materi lebih menguasai daripada kecenderungan akan hal-hal yang bersifat ukhrawi misalnya ketentraman dan kepuasan bathin (merasakan manisnya iman).
demikian fenomena melemahnya iman akibat keterpautan yang sangat akan urusan dunia.
4 Berada ditengah lingkungan yang penuh dengan kemaksiatan.
Iman akan terkikis pada lingkungan seperti ini. walaupun ada lingkungan lain yang bukan lingkungan maksiat,walaupun suka berada juga di lingkungan lain yang bukan lingkungan maksiat,karena manusia itu memiliki dua kecenderungan, yaitu pada kebaikan dan keburukan,
Allah SWT mengingatkan kita kembali dalam ayat sucinya, surat ke 91,asy-syams: Sesungguhnya, beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa itu(9) dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya(10) jadi beruntunglah orang-orang yang senantiasa selalu dalam pengkondisian 'mensucikan jiwa' dan yang senantiasa berada dalam wilayah kemaksiatan tentu sedikit2 akan tercemari tentu sangat memprihatinkan bagi tumbuh-kembangnya keimanan(malah akan melemah)
5. Tenggelam dalam kehidupan dunia
�Cukuplah bagi seorang selagi dia didunia hanya seperti orang yang mengadakan perjalanan �(HR.Tabrani) demikian yang rasululloh ajarkan bagaimana menyikapi dunia.
6. Sibuk mengurus harta benda istri dan anak2.
(Qs.8:28,) Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
kalo wanita, mungkin pendekatannya adalah mengurusi anak2 namun lupa meniatkan karena Allah.(QS.3:14) Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
7.Panjang angan-angan.
(Qs.15:3) Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). Ali ra. Pernah berkata mengikuti hawanafsu akan menghalangi dari kebenaran, sedangkan angan2 yang muluk akan melupakan akhirat.
8. Berlebihan dalam masalah tidur, makan, berjaga diwaktu malam berbicara, bergaul dan tertawa.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar