Menyampaikan Sinyal Cinta dalam Keluarga
Pemateri : Ust. Adi JM (id: adijm2001)
*disampaikan di Kajian Muslimah Online, Kamis, 11 Jan 2007
modi_diana: Insya Allah, kajian hari ini akan disampaikan oleh
ust Adi Junjunan Mustafa (id: adijm2001)
modi_diana: Yang akan membawakan tema yang sangat menarik, yaitu:
modi_diana: "Menyampaikan Sinyal Cinta dalam Keluarga"
modi_diana: tafadhol ustadz..
Ust. Adi JM: terima kasih mbak Diana
Ust. Adi JM: akhwat sekalian perajin Kamus
Ust. Adi JM: saya sampaikan salam penghormatan dalam Islam
Ust. Adi JM: assalaamu'alaikum wr wb
Ust. Adi JM: Alhamdulillaah, wash shalaatu was salaamu �alaa rasuulillaah wa �alaa aalihi wa shahbihi wa mawwalah.
Ust. Adi JM: �Salah seorang kalian tidak sampai kepada keimanan yang sempurna, hingga mencintai sesuatu bagi saudaranya, dengan sesuatu yang ia pun mencintai bagi dirinya.� (al-Hadits)
Ust. Adi JM: akhwat sekalian, semoga antunna dalam keadaan sehat wal 'afiyat
Ust. Adi JM: dan semoga Allah berikan keberkahan pada waktu kita dalam kajian hari ini
Ust. Adi JM: seperti disampaikan moderator kita, kajian hari ini bertema:
Ust. Adi JM: Menyampaikan Sinyal Cinta dalam Keluarga
Ust. Adi JM: Dalam banyak kasus, meredupnya cinta dalam keluarga terjadi karena lemahnya sinyal cinta yang kita sampaikan kepada pasangan.
Ust. Adi JM: Sinyal cinta ini bisa berupa tatapan mata, senyuman, ucapan, atau sentuhan ...
Ust. Adi JM: Pada saat kita bercakap-cakap dengan istri/suami, kita dapat menggunakan tatapan mata seefektif mungkin.
Ust. Adi JM: Tatapan mata ini bisa bermakna "aku sangat memperhatikanmu, sayang", "aku sangat senang mendengar ceritamu" ...
Ust. Adi JM: atau "ah ... aku turut bersedih dengan duka di hatimu," dan lain-lain.
Ust. Adi JM: Senyuman juga punya banyak arti, misalnya: "terima kasih, sayang",
Ust. Adi JM: atau "aku sayang kamu", "kamu lucu dech, aku suka".
Ust. Adi JM: Yang pasti senyuman yang kita kehendaki adalah yang menentramkan hati.
Ust. Adi JM: Dalam sabda Nabi Muhammad saw,"Raut wajah yang dihiasi senyuman terhadap saudaramu adalah shadaqah." Senyuman adalah pancaran ketulusan hati dan kemurnian iman seseorang.
Ust. Adi JM: Sinyal cinta yang lebih jelas tentu saja mesti disampaikan lewat ucapan yang baik.
Ust. Adi JM: Seorang yang bijak akan memperhatikan betul ucapannya.
Ust. Adi JM: Dan kepada istri/suami, tentulah ia akan memilih sebaik-baik kata.
Ust. Adi JM: Lewat ucapan, kita dapat mengungkapkan apresiasi, terima kasih, dan rasa suka. Lewat ucapan kita dapat menyampaikan harapan dan keinginan.
Ust. Adi JM: Lewat ucapan pula kita bisa sampaikan kekurangsukaan dan kritik yang membangun kepada istri/suami kita.
Ust. Adi JM: Akhirnya, sinyal cinta dapat disampaikan dalam sentuhan lembut penuh cinta dan kasih sayang.
Ust. Adi JM: Dan pada hubungan intim suami-istri terdapat kebahagiaan lahir dan batin.
Ust. Adi JM: Tentu saja jika momentum ini didahului dan dilakukan dengan terampil dan dalam suasana yang penuh cinta dan kasih sayang tadi.
Ust. Adi JM: Nah, akhwat sekalian ... pada kesempatan ini kita akan lebih banyak bicara ttg menyampaikan sinyal cinta dengan ucapan atau ungkapan kata
Ust. Adi JM: saya mohon maaf kalau ilustrasi2 yang akan disampaikan lebih dari sisi seorang suami
Ust. Adi JM: mudah2an bisa diambil hikmahnya
Ust. Adi JM: ada pertanyaan mendasar dalam menyampaikan sinyal cinta, yaitu:
Ust. Adi JM: Haruskah Cinta Diungkapkan?
Ust. Adi JM: Seorang sahabat menyatakan kekagumannya kepada teman-teman lulusan Eropa.
Ust. Adi JM: sahabat saya ini lama kuliah di Jepun
Ust. Adi JM: Saya tanya apa yang dikaguminya? Tentang kebiasaan mengungkapkan perasaan kepada istri, katanya.
Ust. Adi JM: Ia pun bercerita, seorang sahabatnya yang lulusan Jerman menginap beberapa malam di apartemennya.
Ust. Adi JM: Setiap kali menelpon istrinya di Jakarta, selalu sahabat saya ini mendengar ungkapan Ich liebe dich dari sang sahabat itu ke seberang sana.
Ust. Adi JM: (tahu
Ust. Adi JM: ikuti aja dulu ya ...
Ust. Adi JM: ntar dari konteksnya ketahuan kok
Ust. Adi JM: oke kita terusin ...
Ust. Adi JM: Saya tersenyum mendengarnya, lalu mengatakan,"Lho, saya malah heran kalau seorang suami tidak pernah mengatakan aku sayang sama kamu, istriku ...
Ust. Adi JM: atau sesekali mengatakan aku hari ini seneng abizz melihatmu, sayang ..."
Ust. Adi JM: Yang terakhir itu sebetulnya ungkapan yang lebih banyak dipakai anak muda, tapi cukup segar lah kalau sesekali diungkapkan.
Ust. Adi JM: Saya sampaikan, mungkin teman-teman di Eropa terkena imbas Perancis atau Paris yang terkenal romantis.
Ust. Adi JM: Sahabat saya tersenyum,"Wah, pantas ... mungkin kamu terkena gaya perancis juga alias perapatan ciamis ...!" Kami tertawa.
Ust. Adi JM: Lalu saya sedikit kisahkan bagaimana suasana romantis Paris itu.
Ust. Adi JM: Meskipun tak semua hal bisa dijadikan pelajaran, tapi dari Paris saya tahu sebagian arti romantis.
Ust. Adi JM: (oya, alhamdulillah saya sempat mendapat rizki kuliah di Belanda 1989-1996)
Ust. Adi JM: "Bisa jadi ada teman-teman secara tidak sadar sudah bergaya Jepang dalam berkomunikasi kepada istri ...," kata sahabat saya itu tiba-tiba.
Ust. Adi JM: (maaf ini memang konteks cerita Jepang ya ... mungkin Ind lain)
Ust. Adi JM: Mendengar kalimat itu membuat perasaan saya menerawang membayangkan otokorashi ala kaum samurai.
Ust. Adi JM: (otokorashi = style kaum lelaki)
Ust. Adi JM: Apakah kerasnya dunia luar, membuat beku komunikasi di dalam rumah? Wah dingin banget, kata saya dalam hati.
Ust. Adi JM: baik ... sampai sini kisah saya sama sobat saya
Ust. Adi JM: otokrasi beda lagi ya
Ust. Adi JM: Sudah jelas Nabi saw dan para sahabatnya itu orang-orang yang punya jiwa perjuangan yang hebat.
Ust. Adi JM: Kehidupan mereka di Madinah hampir tak pernah sepi dari perang atau ekspedisi militer.
Ust. Adi JM: Justru dalam kerasnya perjuangan itulah mereka menemukan keseimbangan pada kelembutan interaksi dengan istri dan anak-anak.
Ust. Adi JM: Setiap kali pulang berjihad, Nabi selalu disambut anak-anak kecil Madinah. Bukan hanya cucu beliau yang berlari menghampiri beliau, tapi juga beberapa anak lain.
Ust. Adi JM: Lalu Nabi pun memangku salah seorang dari anak-anak itu, sementara yang lainnya menarik-narik kain baju beliau, karena beliau memang begitu lembut dan menyayangi anak-anak.
Ust. Adi JM: Saat pulang dari sebuah ekspedisi militer, Nabi menggoda Jabir, sahabatnya yang pengantin baru.
Ust. Adi JM: "Wah, tentu bantal-bantal empuk sudah disiapkan di rumahmu ...," kata beliau.
Ust. Adi JM: Jabir terkejut dan mengatakan,"Tapi kami tak punya bantal-bantal empuk di rumah ..."
Ust. Adi JM: Tentu saja respon Jabir yang serius itu membuat Nabi tersenyum, sebab kalimat beliau adalah kiasan kemesraan istri yang menanti Jabir di rumahnya.
Ust. Adi JM: Bisa jadi Jabir yang masih muda itu gugup dan tidak siap diajak bergurau oleh satu pribadi yang amat dihormatinya ini.
Ust. Adi JM: Benarlah perjuangan tak membuat Nabi dan para sahabatnya menjadi dingin dan keras dalam interaksi dengan para istri mereka.
Ust. Adi JM: Justru kemesraan itu menjadi penyeimbangan suasana perjuangan.
Ust. Adi JM: Nabi pernah berpesan:
Ust. Adi JM: Kalau kau mencintainya, maka sampaikanlah.
Ust. Adi JM: Ini tuntunan hikmah untuk mempererat persaudaraan; Maka menyatakan cinta kepada istri/suami itu bagian dari hikmah kenabian.
Ust. Adi JM: Kaidah ushul mengatakan, min baabil aulaa, sungguh lebih utama untuk menyatakan cinta kepada istri/suami.
Ust. Adi JM: akhirnya saya ingin tutup pengantar diskusi kita dengan obrolan sepasang suami istri
Ust. Adi JM: begini ...
Ust. Adi JM: "Hari ini aku betul-betul kangen ... sampai pengen nangis," katanya.
Ust. Adi JM: "Oya, jam berapa kangennya?"
Ust. Adi JM: "Sekitar jam 5 sore ..."
Ust. Adi JM: "Oh pantesan ... Jam segituan, rasanya saya juga enggak bisa konsentrasi di depan komputer. Kalau kangen ... coba tahan dikit lah, biar setrumannya enggak kenceng ke sini, saya
Ust. Adi JM: Kalau kangen ... coba tahan dikit lah, biar setrumannya enggak kenceng ke sini, sayang ..."
Ust. Adi JM: "Oyaaa ...? Apa enggak salah nih. Jangan-jangan di sana dech yang kangen duluan."
Ust. Adi JM: "Enggak juga, kayaknya di sana duluan ..."
Ust. Adi JM: "Ya udah, ambiiil ... mangga bungkuuus ..."
Ust. Adi JM: (rupanya orang sunda nih mereka)
Ust. Adi JM: "He he he ..."
Ust. Adi JM: "Kenapa ketawa?"
Ust. Adi JM: "Enggak � Kadang kamu luchu ... Thanks ya, udah dikangenin. Enggak penting siapa yang kangen duluan, yang pasti ik houd van jou ..."
Ust. Adi JM: (ik houd van jou = Ich liebe dich)
Ust. Adi JM: "Ik weet het. I love you too ..."
Ust. Adi JM: (ik weet het = saya tahu ...)
Ust. Adi JM: "Alhamdulillah."
Ust. Adi JM: "Alhamdulillah ..."
Ust. Adi JM: Udah segitu obrolannya
Ust. Adi JM: Penutup:
Ust. Adi JM: Ya Allah, jadikan cinta kami kepada istri-istri dan suami-suami kami sebagai cinta karenaMu, yang menjadi wasilah kami merasakan manisnya iman dan meraih ridhaMu.
Ust. Adi JM: Ya Allah, ampuni kami ketika berlebihan dalam bersikap.
Ust. Adi JM: Ya Allah, karuniakanlah kepada kami istri/suami dan anak-anak yang tetap mendorong kami untuk istiqamah dalam iman dan perjuangan. Aamiin.
Ust. Adi JM: Sekian ...
Ust. Adi JM: Cukup pengantarnya mbak Diana, silakan dipandu diskusinya.
modi_diana: Jazakallahu khoiron katsiro ustadz.
**
**sesi tanya-jawab**
#1
ukhti_hanim: pertanyaannya; istri jabir namanya siapa
ukhti_hanim: sm mo tau hadistnya
ukhti_hanim: riwayat hadist cerita itu, klw boleh
Ust. Adi JM: terima kasih buat mbak Hanim
Ust. Adi JM: sayang pada kisah tsb tidak disampaikan nama istri Jabir
Ust. Adi JM: yang saya ingat, Jabir menikahi janda dan usianya lebih tua dari dirinya
Ust. Adi JM: saat Nabi bertanya, kenapa tidak kau nikahi gadis, hingga kau bisa bercanda dengannya dan dia pun bercanda denganmu
Ust. Adi JM: Jabir menjawab, orang tuanya sudah meninggal
Ust. Adi JM: dan ia punya adik2 yang kecil
Ust. Adi JM: jadi ia berharap istrinya bisa membantu
Ust. Adi JM: mendengar itu Nabi bisa memahami pilihan Jabir
Ust. Adi JM: coba dicari di buku "senyum2 Nabi" ya
Ust. Adi JM: saya sudah terlupa dari buku mana saya baca
Ust. Adi JM: atau mungkin bisa ditemukan di buku ar-Rasul saw tulisan ust Said Hawwa
Ust. Adi JM: afwan saya terlupa
Ust. Adi JM: itu buat mbak Hanim semoga menjawab
#2
ukhti_mimin: tadi bapak bilang: Lewat ucapan kita dapat menyampaikan harapan dan keinginan. Lewat ucapan pula kita bisa sampaikan kekurangsukaan dan kritik yang membangun kepada istri/suami kita.
ukhti_mimin: pertanyaannya: mnta tlg cara komunikasi yg baik ttg hal tsb agar suami tdk tersinggung.
ukhti_mimin: sy sementara ini menyimpulkan bahwa ternyata laki2 punya ego khusus
ukhti_mimin: thd perempuan
Ust. Adi JM: terima kasih mbak Mimin
Ust. Adi JM: secara umum masalah ini dibahas para ulama kita dalam kajian2 "adab memberi nasihat"
Ust. Adi JM: misalnya disampaikan dg sirr, artinya scr rahasia ... jadi contohnya jangan di depan anak2
Ust. Adi JM: apalagi di depan tetangga atau orang lain
Ust. Adi JM: bahkan istri yang bijak enggak akan menyampaikan nasihat/kritik di depan ortu atau mertua
Ust. Adi JM: kemudian, hal2 lainnya ... disampaikan pada moment yang tepat
Ust. Adi JM: jangan pas capek2nya baru pulang kantor misalnya
Ust. Adi JM: carilah suasana2 yang santai
Ust. Adi JM: misal: menjelang tidur, saat rihlah ...
Ust. Adi JM: kemudian ... sampaikan dengan cara yang lemah lembut dan kalimat2 yang baik
Ust. Adi JM: misalnya: gini mas ... menurut saya sikap mas kemarin itu kurang pas ...
Ust. Adi JM: karena ... bla bla bla
Ust. Adi JM: tapi itu pendapat saya lho ...
Ust. Adi JM: saya bisa salah juga ...
Ust. Adi JM: kira2 redaksi seperti itu
Ust. Adi JM: last but not least
Ust. Adi JM: bersikap ikhlas saat mengritik ... jangan dengan kondisi hati yang dibakar rasa marah
Ust. Adi JM: susah ya ...
Ust. Adi JM: tapi kira2 begitu cara memberikan kritik
ukhti_mimin: kalo semua adab sudah terpenuhi tp yah.. karena ada ego kelaki2an yg kadang tdk bisa nerima masukan dari "bawahan" gmn ngatasinya ya pak?
ukhti_mimin: cara yg efektifnya spt apa selain akhirnya kita diemmm gak jg ngomong
Ust. Adi JM: kalau kita sudah usahakan sebaik2nya tapi masih mentok ... maka bersabarlah
Ust. Adi JM: mungkin cara2 ngambek asal jangan kelewatan malah efektif ya ...
Ust. Adi JM: masing2 istri tahu bgm menghadpi suaminya ... enggak ada rumus umum
Ust. Adi JM: tapi, rumus umumnya, tugas kita adalah mengingatkan
Ust. Adi JM: sama seperti berdakwah, tugasnya adalah tabligh ... selebihnya kita berdoa kpd Allah
ukhti_mimin: apa itu artinya harus ngalah pak?
ukhti_mimin: krn sy liat blm berbagai kasus perempuan harus sering ngalah biar gak bentrok
Ust. Adi JM: iya ... kadang ngalah di hadapan suami malah pintu luluhnya hati dia
Ust. Adi JM: biarkan si suami merenung pada saat2 kesendiriannya
Ust. Adi JM: ini bg kesabaran para ibu yang mesti ada
Ust. Adi JM: dikatakan: al waqt juz'un minal 'ilaaj
Ust. Adi JM: waktu itu bagian dari pengobatan
Ust. Adi JM: begitu mbak Mimin.
#3
ukhti_nova: Pertanyaan : bolehkah suami istri memperlihatkan kemesraan dan mengirimkan sinyal2 cinta didepan anak2 mereka atau orang lain? adakah adab2nya diatur dalam alqur'an?
ukhti_nova: afwan kalau ada yg salah dr pertanyaan saya
ukhti_nova: sekian pertanyaannya
Ust. Adi JM: terima kasih mbak Nova
Ust. Adi JM: saya melihat tampilnya kita sbg ortu dalam keadaan mesra, hangat dan harmonis akan menjadi pengalaman baik bagi jiwa anak2 kita
Ust. Adi JM: jadi sebatas kita berjalan berpegangan tangan
Ust. Adi JM: atau duduk berdua di sofa dengan posisi merapat, tangan merangkul ke bahu
Ust. Adi JM: atau sun di pipi atau di kening
Ust. Adi JM: itu hal-hal yang wajar diketahui anak2
Ust. Adi JM: justru suasana mesra seperti itu memberikan keseimbangan bagi wawasan si anak
Ust. Adi JM: oh ternyata ayah sama bunda juga bisa mesra ya
Ust. Adi JM: oh ternyata menikah itu asyik ya
Ust. Adi JM: dan ternyata bukan pada "pacaran" sebelum nikah kemesraan yang halal itu dilakukan
Ust. Adi JM: makanya, dalam kasus kami di rumah ... kami bisa sampaikan kepada anak2 ... "itu" baru dilakukan kalau udah nikah ya ...
Ust. Adi JM: "itu" yang dimaksud misalnya tayangan orang pegangan tangan, sun-sunan yang mereka lihat di teve
Ust. Adi JM: maksud saya, jangan sampai pd anak muncul persepsi ... pacaran itu asyik, mesra ... tapi kalau udah nikah "garink", enggak mesra!
Ust. Adi JM: buktinya abi sama ummi kayak gitu ...
Ust. Adi JM: gitu mbak Nova
Ust. Adi JM: nah, di mana batas2nya
Ust. Adi JM: saya melihat ini masalah al-'urf atau kepatutan
Ust. Adi JM: cium bibir ... mungkin kalau kecup saja masih oke
Ust. Adi JM: tapi kalau ciuman hot ya jangan
Ust. Adi JM: kemudian tentu saja hubungan intim dan segenap pendahuluannya
Ust. Adi JM: itu pun tidak pantas dilihat anak2
Ust. Adi JM: bahkan Quran di surat an-Nuur menetapkan tiga waktu aurat bagi suami istri thd anak2 dan orang yang dirumah
Ust. Adi JM: sebelum waktu fajr, waktu dhuhr dan setelah isya ...
Ust. Adi JM: ini di surat an-Nuur
Ust. Adi JM: pada waktu2 itu anak2 mesti ketok pintu dan minta ijin kalau mau masuk kamar tidur ortu mereka
Ust. Adi JM: demikian ya mbak Nova.
#4
ukhti_yokka: pertanyaan : Emm..kdg klo blm terbiasa kan kaku jg ngucap syg2 gitu, perasaan mlh jd aneh, gimana ngatasinnya ust?
Ust. Adi JM: itu pertanyaannya?
Ust. Adi JM: baik ...
Ust. Adi JM: memang ekspresi cinta itu bisa berlainan dari orang ke orang
Ust. Adi JM: dari bangsa ke bangsa
Ust. Adi JM: enggak usah dipaksakan juga mengubah gaya scr drastis
Ust. Adi JM: enggak suami/istri kita malah curiga
Ust. Adi JM: aya naon ieu teh
Ust. Adi JM: ada apa nih
Ust. Adi JM: tapi bahwa setiap orang itu butuh dicintai, ini aksiomatis
Ust. Adi JM: adapun pengungkapan, ini bisa tumbuh dipengaruhi lingkungan, bacaan, atau mungkin tontonan
Ust. Adi JM: yang jadi masalah, skr kan pengungkapan sayang atau cinta malah marak pada hal-hal yang dilarang agama
Ust. Adi JM: masa yang udah suami-istri, yang udah jelas2 halalnya malah pelit menyampaikan sayang dan cinta
Ust. Adi JM: ditambah lagi arahan2 nabi saw yang saya sampaikan tadi
Ust. Adi JM: beliau menganjurkan kita mengungkapkan cinta kita fillahi, karena Allah, kepada yang kita cintai
Ust. Adi JM: jadi ... silakan mulai dari yang sederhana
Ust. Adi JM: misalnya menyampaikan, mas ... adek suka kalau mas pakai kemeja biru muda itu
Ust. Adi JM: apalagi bawahnya pakai celana biru tua yang kita beli lebaran lalu
Ust. Adi JM: itu contoh kalimat apresiasi ...
Ust. Adi JM: gitu ya, buat mbak Yokka
Ust. Adi JM: jadi sampaikan aja pakai bhs arab dulu ke suami, uhibbuka fillahi, kang ...
Ust. Adi JM: sekian buat mbak Yokka
Ust. Adi JM: afwan
Ust. Adi JM: uhibbuka --> buat pria
Ust. Adi JM: uhibbuki --> buat perempuan
Ust. Adi JM: uhibbu supermie --> buat yang suka supermie
#5
ukhti_lita: begini pak ustad..
ukhti_lita: misalnya kita menikah tanpa cinta
ukhti_lita: terus cinta itu belum juga tumbuh setelah pernikahan
ukhti_lita: apakah kata2 mesra itu bisa menciptakan cinta pak ustad
ukhti_lita: walau malu tuk ungkapain
ukhti_lita: itu aja pak ustad.. ini misalnya..
Ust. Adi JM: saya jawab pertanyaan mbak Lita ya
Ust. Adi JM: jadi ... bgm jika pernikahan tidak didasari cinta
Ust. Adi JM: sebetulnya ini memerlukan bahasan lain
Ust. Adi JM: bagaimana menumbuhkan cinta
Ust. Adi JM: dua pekan lagi semoga bisa dibahas ya
Ust. Adi JM: tapi ... sementara tanggapan saya begini
Ust. Adi JM: cinta itu bukan sesuatu yang statis
Ust. Adi JM: ada rumus begini, cinta kpd Allah cerminan iman kepadanya
Ust. Adi JM: iman itu bisa bertambah dan berkurang ... begitu juga cinta
Ust. Adi JM: ia sesuatu yang dinamis
Ust. Adi JM: mungkin saat awal nikah cintanya dikit
Ust. Adi JM: tapi dengan effort yang tepat, cinta itu dapat tumbuh kembang
Ust. Adi JM: caranya adalah dengan saling menghargai dan menghormati
Ust. Adi JM: dengan lebih mengenal sisi2 baik pasangan kita
Ust. Adi JM: dan dengan meredam ego diri kita
Ust. Adi JM: insya Allah kondisi2 ini akan secara otomatis membawa kita pada ucapan sayang kepada pasangan
Ust. Adi JM: ini memang bukan buat diteori2kan, tapi buat dipraktekan
Ust. Adi JM: cobalah!
Ust. Adi JM: gitu buat mbak Lita
#6
ukhti_zuliawati: apakah dengan membuat istri/suami cemburu itu 'bumbunya' cinta ustad?
Ust. Adi JM: terima kasih mbak Zuliawati
Ust. Adi JM: ini pertanyaan bagus buat menutup kajian
Ust. Adi JM: benar sekali ... cemburu bukan hanya bumbunya cinta
Ust. Adi JM: bahkan cinta sejati itu mesti disertai cemburu
Ust. Adi JM: dalam bahasa hadits disebutkan "ghirah"
Ust. Adi JM: Ibnul Qayyim dalam bukunya "taman orang-orang yang jatuh cinta dan dirundung rindu" mengupas amat dalam mengenai cemburu ini
Ust. Adi JM: untuk kasus suami-istri, seorang istri yang mencintai suaminya, akan sakit jika sang suami mencintai yang lain
Ust. Adi JM: begitu juga suami enggak akan rela (ridho) istrinya mencintai yang lain
Ust. Adi JM: jadi cemburu itu bukan cuma bumbu, tapi syarat cinta
Ust. Adi JM: ada seorang shahabat yang dikenal amat pencemburu
Ust. Adi JM: sampai2 perihal dirinya jadi obrolan beberapa sahabat lain di hadapan Nabi
Ust. Adi JM: saat itu Nabi berkomentar
Ust. Adi JM: kalian heran dengan cemburunya si fulan thd istrinya
Ust. Adi JM: sungguh, aku lebih pencemburu dari pada si fulan itu
Ust. Adi JM: dan Allah lebih pencemburu ...
Ust. Adi JM: cemburunya Allah adalah apabila hamba2Nya menyembah (mencintai) kepada selain dirinya
Ust. Adi JM: jadi jelaslah cemburu itu menyatu dengan citnta
Ust. Adi JM: demikian mbak Zuliawati.
Ust. Adi JM: cukup ya ... akhwat sekalian
Ust. Adi JM: skr udah jam 17:03 di Jepang dan karena winter (musim dingin) udah gelap di luar
modi_diana: alhamdulillah..
modi_diana: tafadhol ustadz..
modi_diana: jazakallah khoiron katsio..
Ust. Adi JM: waiyyakunn
Ust. Adi JM: baik mbak Diana dan akhwat sekalian saya pamit
Ust. Adi JM: afwan kalau ada yang salah. wassalaamu'alaikum wr wb
**
Materi tersebut didownload dari: Sampaikan Sinyal Cinta Itu
Dalam banyak kasus, meredupnya cinta dalam keluarga terjadi karena lemahnya sinyal cinta yang kita sampaikan kepada pasangan. Sinyal cinta ini bisa berupa tatapan mata, senyuman, ucapan, atau sentuhan ...
Pada saat kita bercakap-cakap dengan istri/suami, kita dapat menggunakan tatapan mata seefektif mungkin. Tatapan mata ini bisa bermakna "aku sangat memperhatikanmu, sayang", "aku sangat senang mendengar ceritamu", "ah ... aku turut bersedih dengan duka di hatimu," dan lain-lain. Senyuman juga punya banyak arti, misalnya: "terima kasih, sayang", "aku sayang kamu", "kamu lucu dech, aku suka". Yang pasti senyuman yang kita kehendaki adalah yang menentramkan hati. Dalam sabda Nabi Muhammad saw,"Raut wajah yang dihiasi senyuman terhadap saudaramu adalah shadaqah." Senyuman adalah pancaran ketulusan hati dan kemurnian iman seseorang.
Sinyal cinta yang lebih jelas tentu saja mesti disampaikan lewat ucapan yang baik. Seorang yang bijak akan memperhatikan betul ucapannya. Dan kepada istri/suami, tentulah ia akan memilih sebaik-baik kata. Lewat ucapan, kita dapat mengungkapkan apresiasi, terima kasih, dan rasa suka. Lewat ucapan kita dapat menyampaikan harapan dan keinginan. Lewat ucapan pula kita bisa sampaikan kekurangsukaan dan kritik yang membangun kepada istri/suami kita.
Akhirnya, sinyal cinta dapat disampaikan dalam sentuhan lembut penuh cinta dan kasih sayang. Dan pada hubungan intim suami-istri terdapat kebahagiaan lahir dan batin. Tentu saja jika momentum ini didahului dan dilakukan dengan terampil dan dalam suasana yang penuh cinta dan kasih sayang tadi.
Dalam sebuah diskusi bertajuk Memberi Kepuasan kepada Pasangan, seorang peserta bertanya kira-kira sebagai berikut,"Apabila sedang dalan keadaan hamil tua, suami meminta jatah-nya, sedangkan kami dalam keadaan lelah dan enggak mood apa yang harus kita lakukan ...? Apakah kami berdosa jika tidak memenuhi keinginan suami?"
Saat itu saya tidak menjawab masalah dosa atau tidak. Saya melihat ada hal lain yang mesti diletakkan secara proporsional. Pertama, secara umum hubungan intim saat hamil itu tidak akan mengganggu kesehatan janin yang dikandung. Permasalahannya memang bisa jadi ada ketidaknyamanan fisik dan hormonal pada seorang istri saat mengandung. Hal kedua yang perlu diperhatikan, seringkali para suami muda kurang memahami perlunya suasana psikologis yang nyaman bagi seorang istri untuk berhubungan intim, apalagi dalam kondisi hamil tua. Maka diperlukan perlakuan yang lembut untuk sampai pada puncak hubungan.
Ibu penanya tadi memotong,"Tapi itulah masalahnya, Pak. Kadang suami tidak mengerti hal seperti itu ...!"
Saya sampaikan, di situlah perlunya seorang istri menyampaikan apa yang ia inginkan dari suaminya. Dalam kasus di atas, istri bisa saja mengatakan,"Bang ... tolong donk jangan terburu-buru. Saya masih ingin dipijitin dulu kaki dan punggungnya nih, soalnya agak pegal-pegal ..." Dengan demikian suami bisa mengetahui apa yang diinginkan istrinya. Dan hubungan yang dikehendaki istri dan suaminya dapat berlangsung dalam suasana yang nyaman.
Ringkasan tanya-jawab di atas menggambarkan contoh sederhana dan sehari-hari tentang pentingnya kita menyampaikan sinyal cinta secara clear kepada pasangan kita. Insya Allah dengan penyampaian sinyal-sinyal cinta yang jelas, tepat dan bervariasi kita akan senantiasa memperoleh ketentraman, cinta dan kasih sayang dalam berumah tangga.
Haruskah Cinta Diungkapkan?
Seorang sahabat menyatakan kekagumannya kepada teman-teman lulusan Eropa. Saya tanya apa yang dikaguminya? Tentang kebiasaan mengungkapkan perasaan kepada istri, katanya. Ia pun bercerita, seorang sahabatnya yang lulusan Jerman menginap beberapa malam di apartemennya. Setiap kali menelpon istrinya di
Saya tersenyum mendengarnya, lalu mengatakan,"Lho, saya malah heran kalau seorang suami tidak pernah mengatakan aku sayang sama kamu, istriku ... atau sesekali mengatakan aku hari ini seneng abizz melihatmu, sayang ..." Yang terakhir itu sebetulnya ungkapan yang lebih banyak dipakai anak muda, tapi cukup segar lah kalau sesekali diungkapkan.
Saya sampaikan, mungkin teman-teman di Eropa terkena imbas Perancis atau
"Bisa jadi ada teman-teman secara tidak sadar sudah bergaya Jepang dalam berkomunikasi kepada istri ...," kata sahabat saya itu tiba-tiba. Mendengar kalimat itu membuat perasaan saya menerawang membayangkan otokorashi ala kaum samurai. Apakah kerasnya dunia luar, membuat beku komunikasi di dalam rumah? Wah dingin banget, kata saya dalam hati.
***
Sudah jelas Nabi saw dan para sahabatnya itu orang-orang yang punya jiwa perjuangan yang hebat. Kehidupan mereka di Madinah hampir tak pernah sepi dari perang atau ekspedisi militer. Justru dalam kerasnya perjuangan itulah mereka menemukan keseimbangan pada kelembutan interaksi dengan istri dan anak-anak. Setiap kali pulang berjihad, Nabi selalu disambut anak-anak kecil Madinah. Bukan hanya cucu beliau yang berlari menghampiri beliau, tapi juga beberapa anak lain. Lalu Nabi pun memangku salah seorang dari anak-anak itu, sementara yang lainnya menarik-narik kain baju beliau, karena beliau memang begitu lembut dan menyayangi anak-anak.
Saat pulang dari sebuah ekspedisi militer, Nabi menggoda Jabir, sahabatnya yang pengantin baru. "Wah, tentu bantal-bantal empuk sudah disiapkan di rumahmu ...," kata beliau. Jabir terkejut dan mengatakan,"Tapi kami tak punya bantal-bantal empuk di rumah ..." Tentu saja respon Jabir yang serius itu membuat Nabi tersenyum, sebab kalimat beliau adalah kiasan kemesraan istri yang menanti Jabir di rumahnya. Bisa jadi Jabir yang masih muda itu gugup dan tidak siap diajak bergurau oleh satu pribadi yang amat dihormatinya ini.
Benarlah perjuangan tak membuat Nabi dan para sahabatnya menjadi dingin dan keras dalam interaksi dengan para istri mereka. Justru kemesraan itu menjadi penyeimbangan suasana perjuangan.
***
Kalau kau mencintainya, maka sampaikanlah. Ini tuntunan hikmah untuk mempererat persaudaraan; Maka menyatakan cinta kepada istri itu bagian dari hikmah kenabian. Kaidah ushul mengatakan, min baabil aulaa, sungguh lebih utama untuk menyatakan cinta kepada istri.
***
"Hari ini aku betul-betul kangen ... sampai pengen nangis," katanya.
"Oya, jam berapa kangennya?"
"Sekitar jam 5 sore ..."
"Oh pantesan ... Jam segituan, rasanya saya juga enggak bisa konsentrasi di depan komputer. Kalau kangen ... coba tahan dikit lah, biar setrumannya enggak kenceng ke sini, sayang ..."
"Oyaaa ...? Apa enggak salah nih. Jangan-jangan di
"Enggak juga, kayaknya di
"Ya udah, ambiiil ... mangga bungkuuus ..."
"He he he ..."
"Kenapa ketawa?"
"Enggak, kadang kamu luchu ... thanks ya, udah dikangenin. Enggak penting siapa yang kangen duluan, yang pasti ik houd van jou ..."
"Ik weet het. I love you too ..."
"Alhamdulillah."
"Alhamdulillah ..."
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar